Pilih Laman

Triana Rahmawati merupakan salah satu dari tujuh penerima SATU Indonesia Awards 2017. Ajang penganugrahan apresiasi dari PT Astra International Tbk, bagi pemuda pemudi Indonesia yang inspiratif, baik perorangan maupun kelompok. Kontribusi yang dilakukan berdampak bagi masayarakat dan mampu menggerakkan semangat anak muda di seluruh Indonesia untuk berdaya dengan berkarya. Tria-demikian ia biasa dipanggil, adalah penerima penghargaan di bidang kesehatan.

Lalu mengapa penghargaan yang sudah lama berlalu seperti digaungkan lagi? ternyata ini berkaitan dengan kiprah Tria pada pendampingan dan pemberdayaan Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) dan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Apalagi, isu mental health semakin luas digaungkan di Indonesia untuk mendorong tercapainya kesehatan jiwa masayarakat Indonesia, terutama para remaja.

Masalah kesehatan mental menjadi isu penting, paling tidak 5 tahun belakangan, setelah masa pandemi Covid-19.  Berdarkan hasil Survei I-NAMHS 2022, sekitar 15,5 juta (34,9%) remaja di Indonesia berusia 10-19 tahun mengalami masalah kesehatan mental.

Triana Sudah Bergerak Bersama Sejak 11 Tahun yang Lalu

Triana penerima Satu Indonesia Awards 2017

Tria menyampaikan materi inspiratif di aula SGM Solo, 21 Agustus 2025

Meskipun pemerintah belum lama mengambil peran lebih banyak soal kesehatan jiwa masyarakatnya, ternyata Tria sudah memulai gerakan itu pada tahuhn 2012. Kala itu Tria masih tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Sosiologi FISIPOL UNS Surakarta. Awalnya, ia bersama beberapa mahasiswa lainnya melaksanakan tugas Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) di Griya PMI Peduli Solo.

Yang mereka lakukan adalah menemani para penghuni Griya PMI yang sebagian besar penghuninya adalah pasien Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta, baik ODKM maupun ODGJ. Mahasiswa yang kemudian menjadi relawan di Griya PMI Peduli mengadakan kegiatan bersama dengan para penghuni, seperti menggambar, mewarnai, membaca cerita, bahkan mengobrol. Kegiatan sederhana ini ternyata memberi dampak positif bagi para penghuni, sehingga lebih bisa mengontrol diri, melakukan kegiatan mandiri bahkan bisa memiliki penghasilan dari kegiatan yang dilakukan.

Awalnya Tria mengajak penghuni untuk sekadar berjualan gorengan atau makanan lainnya yang lebih mengandalkan kekuatan fisik. Sekian lama berinteraksi dengan ODKM dan ODGJ Triana banyak berpikir, tentang runang yang ramah bagi mereka dan tentang kegiatan ekonomi yang memanfaatkan skill mereka, bukan lagi otot mereka.

Jatuh Bangun Menjadi Relawan Sampai Mendirikan Griya Schizofren

karya Griya Schizofren

Selama berinteraksi, Tria kerap merasakan bahwa para penyintas kesehatan mental ini semua punya sisi istimewa yang sangat sayang dilewatkan lalu tenggelam dalam status kesehatan jiwa mereka. Kondisi jiwa yang mengalami gangguan menjadikan mereka dianggap tidak cakap dalam melakukan sesuatu bahkan untuk hal yang sederhana. Tria ingin mengubah stigma itu.

Maka didirikanlah Griya Schizofren, yang memberi ruang untuk para penyintas masalah kesehatan jiwa untuk bisa setara dengan masyarakat pada umumnya. Jika dulu Tria mengajak para penyintas kerja otot, kini Tria mengubah cara dengan memberdayakan otak mereka. Bagaimana bisa? Sedangkan otak itulah yang menjadi sisi kelemahan mereka.

Tetapi Tria gigih berjuang, pelan-pelan, sedikti demi sedikit para penyintas diajak dalam kegiatan Art Theraphy. Kebiasaan menggambar dan mewarnai yang dulu pernah dilakukan kini dituangka dalam barang-barang yang memiliki nilai jual, seperti mug, tas belanja (totebag) dan berbagai pernak pernik unik. Maka lahirlah mug dengan goresan lukisan tangan para penyintas kesehatan mental.

Tidak Bisa Sendirian, Harus Bergerak Bersama Supaya Gema Sampai Ke Mana-mana

akun Instagram Griya Schizofren

Akun Instagram Griya Scizofren tempat Tria menyebarkan informasi kegiatan penyintas gangguan kejiawaan

 

Tria merasakan beratnya berjuang sendirian, ia pernah hampir putus asa dan menyatakan Griya Schizofren akan ditutup. Mengapa? Butuh energi sangat besar untuk mendampingi dengan sabar para penyintas, menyediakan kebutuhan mereka, mengajari mereka sabar membuat karya, sampai memasarkan produk yang sudah dibuat.

Namun, ternyata dukungan besar justru datang dari orang-orang yantg selama ini suaranya tidak terdengar, para penyintas itu sendiri. Kekuatan makin besar ketika keluarga Tria, terutama suaminya memberi dukungan penuh dan siap membantu gerak berdampak dari kaki kecil Tria.

Satukan Gerak Terus Berdampak

penerima satu Indonesia awards

Triana bersama pembicara dan panita acara Workshop Fotografi dan Bincang Inspiratif di SGM Solo, 21 Agustus 2025

Langkah kecil itu kini semakin besar dengan tapak-tapak orang di sekitarnya, para penyintas, keluarga, teman, lingkungan kamous, bahkan sampai pada masa di mana karya ODKM dan ODGJ mulai diterima di masyarakat. Bahagia tak terkita ketika kemudian hasil karya mereka diborong PT. Pertamina, Universitas Negeri Sebelas Maret, sampai kemudian ditemukan oleh PT Astra International Tbk dengan anugrah SATU Indonesia Awards.

Perjalanan panjang dan melelahkan sejak 2012 sampai 2017 seperti terlupa, terhapus dengan penerimaan, bantuan dan penghargaan dari berbagai pihak atas apa yang dilakukannya. Setelah awards dari Astra, Tria dan Griya Skizofren mulai banyak mendapatkan dukungan dan bantuan. Dan ini sangat melegakan bagi Tria, sekaligus merasa ini sungguh luar biasa.

Suara Tria kini menggema seiring gerakan mental health yang digaungkan pemerintah Indonesia. Selamat Tria, lelahmu dulu sungguh tak sia-sia. Teruslah jadi penyemangat, pendorong, penggerak bagi para penyintas, bahkan seluruh masyarakat Indonesia, Satukan Gerak Terus Berdampak untuk kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Sumber Referensi

  • https://theconversation.com/data-bicara-meski-sepertiga-remaja-punya-masalah-kesehatan-mental-hanya-4-3-orang-tua-mendeteksi-anak-mereka-butuh-bantuan-196596
  • https://instagram.com/griya.schizofren
  • https://instagram.com/auleetria
  • https://satuindonesiaawards.astra.co.id/